Sebenernya gw udah lama kepikiran hal macam ini, tapi gw
nggak tau mau numpahinnya dimana. Dan karena akhir2 ini temen2 gw pada rame
ngomongin, akhirnya gw putusin buat blog dadakan untuk nulis semua isi pikiran
gw.
Akar dari semua tulisan gw ini adalah ketakutan saat ngebayangin
kalo nanti gw bener2 keterima disana dan udah benar2 terjun di dunia kerja yang
sebenarnya. Bekerja di lingkungan kementrian keuangan, yang katanya menjanjikan
potensi “keuangan” yang menjanjikan. Apa benar? Apa sih yang ngebuat tempat ini
begitu diminati?
Apa sih yang ngebuat para orang tua berbondong-bondong menyuruh anak-anak mereka sekolah di sana? Apa benar kuliah disana menyenangkan? Apa benar kehidupan masa depan akan terjamin jika telah menyelesaikan kuliah disana? Apa benar mereka akan bahagia setelahnya? Apa sih sebenarnya motivasi mereka pengen kuliah disana? Ikut2 temen? Nurut kata orang tua? Atau malah nggak punya alasan sama sekali?
Apa sih yang ngebuat para orang tua berbondong-bondong menyuruh anak-anak mereka sekolah di sana? Apa benar kuliah disana menyenangkan? Apa benar kehidupan masa depan akan terjamin jika telah menyelesaikan kuliah disana? Apa benar mereka akan bahagia setelahnya? Apa sih sebenarnya motivasi mereka pengen kuliah disana? Ikut2 temen? Nurut kata orang tua? Atau malah nggak punya alasan sama sekali?
Mungkin lo udah pada tau tempat yang gw maksud ini. Ya,
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, atau lebih populer masyarakat menyingkatnya
dengan nama STAN. Di sini gw coba ngungkapin uneg-uneg yang selama ini menggaung
di kepala gw. Sebelumnya, gw mau bilang kalo ini cuman murni hasil renungan gw
pribadi, mungkin ada beberapa yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya
dilapangan, tapi inilah gambaran besarnya menurut gw. Okay, Lets start it…
Pertama-tama, gw mulai dengan fenomena yang kini mungkin
dialami seluruh siswa kelas 12 dari Sabang sampai Merauke, yup, apalagi kalo
bukan nentuin kemana arah hidup setelah selesai 12 tahun menuntut ilmu di
pendidikan wajib. Apa mau kuliah, kerja atau nikah? (jangan sampek elo pilih
pilihan terkahir :v). Dan bagi yang mau kuliah, tentu musti nentuin kampus mana
yang bakal mereka pilih buat ngelanjutin studinya. In this case, menurut gw
ada 3 golongan dari semua calon lulusan tahun 2016 ini. Yang pertama, tipe yang
tenang-tenang aja karena nilai-nilai rapotnya tinggi-tinggi (konon tingginya
ngalahin monas). Dengan kata lain, tipe ini ngandelin jalur SNMPTN buat nentuin
masa depan pendidikannya (gw sangat gak nyaranin elo buat jadi golongan ini).
Yang kedua adalah golongan yang udah mantep nentuin pilihannya dan siap
melangkah ke jenjang yang lebih serius (wkwk). Maksud gw disini adalah orang2
yang udah nentuin mau kemana dia setelah lulus nanti. Bedanya sama golongan
pertama adalah disini mereka sama sekali nggak bergantung sama SNMPTN, mereka
sadar kalo SNMPTN gak lebih dari sekadar pemberi harapan palsu yang siap kapan
saja menyakiti hati mereka yang sudah terlanjur dibuat nyaman (*ups) dan mereka
menyadari kalo system penilaian di SNMPTN itu abstrak banget dan sulit
dipahami, sesulit memahami isi hati cewek :v At least, orang2 pada golongan ini
cenderung lebih mempersiapkan buat tes-tes seleksi, macam SBMPTN, SIMAK UI, UM
UGM, dll. (gw harap elo ada di golongan ini sekarang). Dan golongan terkahir
adalah golongan orang2 yang masih pada galau mau nerusin kemana, masih ngalor-ngidul
cari info buat jurusan yang cocok sama mereka. Disini gw mau fokusin di
golongan ketiga yang notabene masih labil banget hatinya nentuin pilihan (emang
memilih itu susah bro kalo elo kagak punya prinsip).
Dan elo yang mungkin masih ada di golongan ketiga, saat ini mungkin sedang galau-galaunya nentuin pilihan.
Someday, elo pasti pernah mutusin buat nanya ke orang tua buat sekadar minta
saran. Dan disinilah gw ajak lo kembali ke pembahasan awal.
“Udah, nyoba tes STAN aja, ntar enak nyari kerjanya”
Dari hasil pengamatan gw, sharing sama temen, dan apa yang
gw alami sendiri, gw bisa simpulin 8 dari 10 orang tua bakal ngasih saran kayak
gitu saat anak mereka lagi confused nentuin mau kuliah dimana. Emang, apakah
benar semudah itu nantinya?
Gw nggak akan terlalu membahas apa aja yang bakal elo
pelajari kalo elo belajar di STAN, (kalo penasaran lo bisa klik tautan ini https://www.zenius.net/blog/11175/kuliah-di-stan-kampus-kedinasan-pns
) tapi gw bakal ngomongn apa aja yang menurut gw bakal gw hadapin setelah gw
nyelesaiin kuliah disana.
Tentu, namanya saja sekolah ikatan dinas, pasti ada ikatan
diantara kita (*ups) maksud gw, pasti ada ikatan antara lembaga pendidikan ini
dengan lembaga pemerintah yang nantinya akan menyerap tenaga kerja dari lembaga
pendidikan tsb. Logikanya memang gw bakal lebih mudah nyari pekerjaan kalo gw
lulusan sekolah ikatan dinas. Tapi apa itu cukup dan sesuai buat gw? Entahlah,
gw hanya membayangkan masa-masa kerja gw, duduk seharian, menatap monitor,
nulis, garap proposal, nyelesaiin jurnal2, dll. Bakal ngisi hari-hari gw. Dan
gw mulai berpikir, how boring it all? Apakah
gw bakal melalui hari-hari yang se monoton itu setiap harinya? Apakah gw bakal
berangkat pagi, duduk, istirahat, duduk lagi dan pulang malem karena ngejar
deadline? Dan esoknya gw harus mengulangi hal yang sama? Dan itu untuk
berpuluh-puluh tahun? Hal ini adalah pikiran menyeramkan yang selalu menghantui
gw tiap harinya. Apa bener hidup gw bakal se-boring itu? Apa gw sanggup nantinya?
Apa elo pernah
mikirin hal-hal seperti ini? dan apakah elo juga ketakutan kayak gw? Atau malah sebaliknya?
Gw cuman mau nanya sama elo, yang mungkin banyak dari elo
yang juga daftar di STAN tahun ini. Apa sih motivasi lo pengen kuliah disana? Cuman
ikut2an temen? Nurutin kata orang tua? Atau apa? Sebelum lo lanjut baca mending
lo jawab dulu deh pertanyaan gw ini. Udah? Oke, lanjut…
Sedikit advice, pilihan lo sekarang mungkin akan mempengaruhi
keseluruhan dari hidup lo. Karena ini bakal nentuin pekerjaan lo, penghasilan lo,
gimana keluarga lo, dan gimana masa tua lo nanti. Semua tergantung dari elo
sendiri, semua bersumber dari diri lo sendiri.
Kalo di kepala lo masih ada pemikiran “gw mau kuliah di STAN
karena gw bakal lebih mudah cari kerjaan nanti, dan hidup gw bakal lebih terjamin setelah pensiun”,
mending elo STOP keinginan lo kuliah disana. Lembaga2 keuangan di Indonesia
saat ini butuh yang lebih daripada yang sekadar kerja, cari uang, makan dan
pulang. Lo lihat betapa keuangan Negara kita semakin kacau dari hari ke hari,
hutang2 ke luar negri bertambah banyak. Para pejabat yang kebanyakan
mementingkan nasib perutnya sendiri. “Ah, gw nggak akan gitu kok”, mungkin itu
yang terlintas di pikiran lo sekarang. Tapi yakin deh, semua bakal berubah
suatu saat nanti kalo lo punya jabatan/kekuasaan, atau minimal punya kedudukan
lah. Itu bakal terjadi kalo lo nggak punya prinsip dalam dunia kerja, a.k.a
dulu niat awalnya emang kerja cuman buat cari duit aja.
Dan berita-berita seperti di bawah ini bakal terus ada kalo
kita cuman ngikutin arus tanpa berpikir bahwa ada yang musti diperbaiki di
aliran air ini.
https://bisnis.tempo.co/read/news/2014/01/27/087548693/suap-di-bea-cukai-kubu-stan-vs-non-stan-meruncing
(Berita dari tahun 2014, tentang kasus suap di bea cukai)
http://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-1000-akuntan-pun-tak-bisa-bongkar-korupsi-bea-cukai-borok-bea-cukai-1.html
(Gimana sisi gelap bea cukai udah jadi rahasia umum)
Dua artikel di atas cuman sebagian kecil gambaran aja
tentang kondisi lembaga2 keuangan di Indonesia belakangan ini.
Dan kalau sebagian besar pemangku jabatan maupun pegawai di
wilayah lembaga2 keuangan hanya memiliki prinsip cuman “asal kerja” saja, sudah
pasti Indonesia yang bakal kewalahan menghadapi kasus-kasus besar seperti yang
sekarang sedang hangat dibicarakan, apalagi kalau bukan Panama Paper (yang
kabar baiknya menurut beberapa sumber yang gw baca, dirjen pajak udah punya
data yang mendukung dan katanya lebih detail dari yang akan dipublikasikan ICIJ
nantinya. Tentu ini bakal jadi penentu apakah Panama Paper akan jadi badai atau
cuman hujan rintik-rintik di bumi nusantara)
So, Lembaga keuangan kita butuh yang lebih, mereka butuh
orang2 yang peduli dengan negaranya, bukan yang cuma berpikir, “ah sudahlah,
wong dari dulu juga udah kek gitu. Yang penting gw kerja bener dan bisa ngasih
makan keluarga”, Lembaga keuangan kita butuh yang lebih, butuh orang2 yang
nggak tahan dengan situasi seperti ini. Orang2 yang punya dedikasi tinggi untuk
membuat perubahan, orang2 yang bener2 pengen mengabdikan dirinya untuk
membenahi struktur keuangan di Indonesia saat ini, dan inilah yang sampai saat
ini gw sendiri belum bisa dapetin. Gw masih menelaah gimana kemampuan gw jika
benar2 terjun di dunia ini. Apa gw sanggup? Apa gw bakal jadi kayak orang2
kebanyakan yang cuman sekadar mencari UANG di Lembaga KEUANGAN? Apa gw bener2
bakal bosan dengan situasi kerjaan seperti itu dan akhirnya menyerah dan
berkata “ah sudahlah, memang dari sononya udah seperti ini”. Atau bagaimana? Entahlah
gw sendiri juga nggak tau.
Gw disini gak bermaksud buat bikin kalian tambah galau atau
bikin yang setengah2 berhenti ditengah jalan, atau berharap dengan ini gw bisa
ngurangin saingan untuk lolos tes usm nantinya. Justru sebaliknya, gw ngajak
kalian yang udah daftar buat USM STAN tanggal 15 Mei nanti, buat mantepin hati,
nentuin target yang jelas, dan membuat visi yang jelas. Indonesia butuh kalian,
Indonesia butuh pikiran-pikiran baru dari kalian, dan STAN butuh kalian yang berkemauan
untuk memperbaiki tatanan keuangan di republik ini.
Berhentilah ingin kuliah disini hanya untuk jaminan
penghasilan, ubah niat itu menjadi niatan untuk membuat sesuatu yang lebih baik
untuk negeri ini.
Gw harap elo juga mikirin hal-hal seperti ini. Apa
sebenernya motivasi lo kuliah di PKN STAN. Pikirin baik-baik, syukur2 elo emang
punya passion dan spirit buat ngerubah tatanan keuangan di Indonesia. Lo nggak
usah berpikir itu adalah impian yang terlampau besar, emang buat lo sekarang
jalan itu masih terlalu jauh, tapi kan emang gitu kodratnya. Sebuah perjalanan
1000km harus dilalui dengan perjalan2 kecil sejauh 1km terlebih dahulu. Gw
nggak tau apakah nantinya gw bakal masuk kesana atau enggak, bakal kuliah
disana atau enggak. Mungkin saat ini gw emang kurang suka dengan gambaran
pekerjaan yang bakal gw dapet nantinya setelah lulus dari sana, tapi kalo emang
ditakdirkan jalan gw kesana, gw nggak
akan nolak, gw open minded dengan apa-apa disekitar gw nantinya. Dan mungkin
dari ketidaksukaan gw sekarang ini, malah bisa muncul solusi-solusi dari
permasalahan klasik disana nantinya. Karena di agama gw selalu ngajarin seperti
ini : “boleh jadi elo benci apa yang sebenernya baik buat lo, dan boleh jadi
elo suka terhadap apa yang sebenernya buruk buat lo”. Percaya men, suka dan
benci itu sekatnya tipis banget. Mungkin apa yang Tuhan kasih bukan yang
terbaik menurut lo, tapi percayalah, Tuhan ngasih itu untuk bikin lo jadi labih
baik dan Dia yakin elo bisa mengubah apa yang nggak baik itu menjadi yang
terbaik dengan cara lo sendiri.
Tulisan ini sebenernya gw kira nggak cuman relevan untuk
peminat STAN aja, tapi juga untuk seluruh pendaftar sekolah kedinasan tahun
ini, bahkan seluruh calon mahasiswa baru yang kini sedang dalam masa transisi.
Dan tulisan ini hanyalah hasil pemikiran dan renungan
seorang bocah 18 tahun yang tentu masih banyak kekurangan disana-sini. Dan gw
bakal seneng banget kalo ada yang mengkritisi gw tentang tulisan gw ini.
At last, pesen gw sebagai seseorang yang sama2 bakal jalanin
USM bulan depan, jangan takut untuk bermimpi, jangan takut untuk perubahan,
jangan pernah merasa kecil untuk sebuah mimpi dan perubahan yang besar. Negara
ini butuh elo buat memperbaikinya, Bangsa ini butuh elo, Merah Putih butuh lo
buat mengibarkannya tinggi-tinggi. Dan kalaupun nggak terlibat langsung di
lingkungan pemerintahan, masih banyak cara untuk itu.
Ibu pertiwi ingin putra-putri terbaiknya naik tahta dari
berbagai penjuru untuk mengembalikan kembali kejayaan Republik ini. Ayo,
saatnya buat Indonesia bangga pada kita.
Salam dari Ponorogo untuk seluruh calon mahasiswa baru 2016.
DTE…. April 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar